Total Tayangan Halaman

Minggu, 13 Februari 2011

Petualangan di Kota Mentaya Kalimantan Tengah (Berakhir Sudah)

Berawal dari job fair di Sakri (Samantha Krida) Universitas Brawijaya Malang, Sebuah Perusahaan modal asing menawarkan kesempatan berkarir di perkebunan kelapa sawit, tanpa pikir panjang lagi kesempatan itu diambil dengan lokasi kerja di Propinsi Kalimantan, di tempat yang belum pernah terbayangkan sebelumnya. singkat saja akhirnya berangkat tanggal 15 Nopember 2008 dengan meninggalkan keluarga dan satu-satunya orang yang dicintai dengan berat hati.



Belum pernah terbayangkan bagaimana perkebunan kelapa sawit yang luasnya ribuan hektar, yang pernah saya tahu hanya Perkebunan Mangga di Pasuruan dengan Luas 15 ha. Sebelum menjadi seorang Asisten lapangan, seseorang harus melewati satu program yang bernama Management Trainee, sebuah program dimana seorang calon asisten lapangan digembleng baik mental maupun pengetahuan teknis perkebunan yang sesuai dengan keinginan perusahaan selama kurang lebih enam bulan. tiga bulan teori, dan 3 bulan lagi langsung On the Job Training di medan yang sesungguhnya. Masa-masa Trainning akhirnya saya lewati dengan berbagai kenangan bersama kawan-kawan pada bulan Mei 2009. dengan demikian, saya resmi telah menjadi seorang asisten lapangan perkebunan kelapa sawit dan sedang menunggu lokasi penempatan di mana nantinya akan berkarir.



Setelah lumayan lama menunggu akhirnya tiba juga pemberangkatan ke lokasi, ternyata saya ditempatkan di areal pengembangan baru, sebuah tempat yang cukup jauh dari kota Sampit (180 KM). Bersama empat orang rekan akhirnya mulai bekerja juga per tanggal 1 Juni 2009. Saya ditugaskan di Nursery atau pembibitan membantu seorang asisten nursery menangani dua lokasi pembibitan selama satu bulan sebelum akhirnya dipindah ke bagian Land Clearing dan Upkeep Immature Area selama tiga bulan saja. sebelum dilanjutkan, saya ceritakan dulu kondisi
tempat tinggal saya. saya tinggal di sebuah barak bernama G6(maksudnya enam pintu) bersama staf lain dengan fasilitas yang cukup baik seperti air, makan, dan listrik walaupun tidak 24 jam 7 hari seminggu. Sudah lumayan banyak pengalaman yang diperoleh, namun dibanding dengan standar seorang asisten lapangan saya masih belum sedikitpun mendekati ideal. beginilah budaya kebun kata staf-staf yang lain, beruntung rekan-rekan staf banyak membantu proses adaptasi saya sebagai orang yang sangat baru di dunia kerja, untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih yang tidak mungkin saya sebutkan satu-persatu.


Ada hal menarik yang saya perhatikan selama saya tinggal di kebun, yaitu fenomena tiap hari Sabtu selalu staf ingin pergi ke Kota. saya bertanya dalam hati Apa mereka tidak betah tinggal di kebun sehingga harus melewatkan hari libur di Kota. Pada akhirnya saya tahu bahwa sebagian dari mereka punya keluarga di Kota sehingga sebagai kepala keluarga mau tidak mau harus ke Kota, hal yang belum pernah saya alami karena saya sendiri belum berkeluarga. namun, sebagian ke Kota hanya untuk refreshing, mencari suasana lain. Gemerlap Kota Sampit dan Pangkalan Bun mungkin menjadi daya tarik tersendiri, dua buah kota yang paling dekat jaraknya. Dua Kota yang sudah sejak dulu menjadi ikon Kalimantan Tengah sebagai pusat bisnis selama musim kerja kayu.




Pada bulan Oktober 2009 akhirnya saya dipindah ke areal yang benar-benar baru, sebuah estate yang unik. saya katakan unik karena untuk mencapai areal ini dari kantor pusat harus menyebrangi sungai dengan getek penyebrangan. tempat yang penuh tantangan, kata staf-staf lain. Bahkan Manajer sendiri menjuluki estate-nya sebagai tempat jin buang anak karena saking jauhnya lokasi dari kantor pusat. Estate itu bernama Keminting Estate karena kampung yang terdekat dari lokasi adalah sebuah perkampungan masyarakat Dayak yang benama Tumbang Keminting dengan segala keunikannnya. Namun di tempat inilah petualangan saya berkahir pada bulan Desember 2010. dengan berat hati saya harus mengucapkan selamat tinggal kepada semua rekan dan karyawan yang sekarang masih tetap di sana.